Kamis, 29 Desember 2011

Fitnah

   Ada banyak cara menjadi dewasa. kadang begitu mudah, semudah membaca buku dan menemukan kearifan di tiap lembar halaman. bahkan ada yang lebih mudah, seperti bercermin pada setiap kejadian yang terjadi pada orang lain   

   Tapi tak jarang, kita harus menempuh jalan yang begitu berat untuk menjadi dewasa dan sadar. kita harus melewati sungai fitnah yang berarus jeram. Membelah rimba cobaan dengan kerja dan sabar, bahkan kita harus penuh luka sebelum akhirnya memetik hikmah dan menjadi dewasa.

   Ada yang berhasil, tapi banyak pula yang gugur ditengah jalan. orang-orang yang berhasil menjadi lebih arif sikapnya, lebih dalam kemampuannya, lebih luas pemahamannya dan lebih terbuka menerima segala. Sedangkan mereka yang gagal, telah menjadi gusar, bahkan gusar mereka melebihi sebelum fitnah datang. Sumbu emosi mereka lebih pendek dan mudah terbakar. mereka telah gagal melanjutkan perjalanan menuju kearifan dan kedewasaan.

   Sesungguhnya perjalanan masih sangatlah panjang, tapi mana mungkin ditempuh dengan keadaan papah . tak mungkin perjalanan perjalanan diselesaikan tanpa kemampuan menangkap hikmah, menyerap ilmu, apalagi berjalan tanpa ma'rifat kepada-Nya. hati yang gentar terhadap fitnah, benak yang gusar pada fitnah , akal yang buntu karena fitnah, akan membuat kaki kita terantuk-antuk batu dalam setiap langkah, lalu kita akan menyerah sebelum perjalanan usai dan purna.

   Fitnah selalu ada, semakin tinggi tingkat kearifan, maka semakin besar pula fitnah menghantam. selayaknya fitnah harus kita jadikan ukuran. jika waktu lalu cobaan yang datang untuk kita selesaikan sama dengan cobaan yang kita hadapi sekarang, sungguh tidak ada peningkattan apa pun yang kita dapatkan.

   Ketakutan memang sering menggalikan liang kubur untuk akal sehat yang kita perlukan. rasa gentar pun sering menggambarkan jalan semu yang menyesatkan. Jangan lari ketika fitnah datang, jangan pula berpaling kita cobaan menghadang. lewati saja, tembus saja. Sejatinya fitnah dan cobaan adalah pintu-pintu menuju kedewasaan.

   Selama kita berpegang teguh pada tali Allah, sungguh tak perlu ada yang ditakutkan. sepanjang kita tidak bermaksiat kepada pencipta alam, tidak perlu taku tak gentar. Tapi sebaliknya, jika kita bermaksiat kepada Allah, maka semua yang kita alami adalah awal dari kehancuran. Satu-satunya penyebab paling absolut sebuah kebinasaan adalah karena kita bermaksiat kepada Allah. Jika demikian, ketakutan akan mengepungmu, kegalauan akan menelingkung setiap langkah mu dan perjalanan begitu berat. Tak ada jalan lain jika sudah begitu; cepat bertaubat atau tenggelam dalam sesat.      

Wallahu 'alam Bishawab                                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar