Kedudukan hati
“Posisi terhadap hati terhadap anggota
tubuh, ibarat raja yang berkuasa atas bala tentaranya. Aturan dan perintah
berasal darinya, ia bisa mengatur sekehedaknya. Tubuh manusia menghamba padanya
dan berada di bawah kekuasaanya.” (Ibnu Qayyim)
Hati merupakan poros keistiqamahan (komitmen) atau kesesatan terhadap
kebenaraan, dan akan mengikat atas semua akibat dari tekad dan keyakinannya. Nabi saw bersabda:
“Ingatlah bahwa dalam tubuh itu ada segumpal
daging. Bila ia baik, akan baiklah seluruh tubuh, dan apabila ia rusak, maka
rusaklah seluruhnya. Itulah dia Qalbu (hati)” (Hr. Bukhari dan
Muslim)
Hati adalah raja bagi semua
anggota tubuh, ia merupakan poros untuk tercapainya segala sarana dalam
terwujudnya perbuatan. Hati laksana panglima yang memompa pasukanya untuk
berbuat. Karena itulah, hati menjadi tempat bagi segala ujiaan dan cobaan.
Berbagai ujiaan dan cobaan yang
menerpa hati menjadi penyebab rusaknya, bila tidak memiliki ilmu dan aqidah
yang benar. Syahwat, syubhat, kesesatan, penyimpangan, maksiat, kezaliman,
serta kebodohan menjadikan hati rusak.
Tiga jenis hati
Hati disifatkan dengan sifat kehidupan dan
kematiaan, maka hati dibagi menjadi tiga jenis yakni hati yang sehat, hati yang
sakit dan hati yang mati.
a) Hati yang sehat
Hati yang terbebas dari segala bentuk jerat
nafsu syahwat, terlepas dari segala bentuk syubhat yang sering berlawanan
dengan nilai-nilai kebaikan.
(yaitu) di hari harta dan
anak-anak laki-laki tidak berguna,
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,
(Qs, Asy Syu'araa' 88-89)
Hati yang sehat senantiasa tersinari oleh cahaya keimanan dan diterangi
oleh lentera hidayah. Untuk itu, hedaknya kita sebagai seorang muslim harus
senantiasa tahu kondisi hati dan selalu menyiraminya dengan nasihat disetiap
saat. Ketahuilah bahwa ketika keimanan hati bertambah dan keyakinan menguat,
bertambah pula cahayanya dalam membedakan antara kebenaran dan kebatilan, dan
kesesatan dan hidayah.
b) Hati yang
mati
Hati yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tunggangannya, sehingga sikap
lalai dan pandir menjadi bagian dari jiwa pemiliknya.
Hati yang mati tidak lagi memiliki pandangan yang jernih terhadap
kebenaraan, bahkan bisa dikatakan sudah tertutup rapat oleh debu-debu kefasikan
dan kekafiran. Hati-hati seperti hanyalah dimiliki oleh orang-orang kafir dan
munafiq.
Dan mereka
berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk
mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman. (Qs, Al Baqarah 88)
Tertutup
ini merupakan penghalang yang ditancapkan Allah Ta’ala dalam hati mereka
sebagai siksaaan atas penolaknya terhadap kebenaran serta kesombongan dalam
menerima.
Allah telah mengunci-mati hati
dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa
yang amat berat. (Qs, Al Baqarah 7)
c)
Hati
yang sakit (ternoda)
Hati yang telah ternoda oleh penyakit atau kotoran jiwa, hati yang
miskin ketakwaan, penuh sesak dengan berbagai bentuk noda dan penyakit
berbahaya. Hati seperti itu senantiasa
resah, takut dan penuh kesengsaraan.
Hati yang sakit yaitu hati yang hidup namun
mengidap penyakit, disatu sisi hatinya mengdung
rasa ikhlas dan tawakal, namun disisi lain ia juga memiliki rasa
kecintaan kepada syahwat, rasa dengki, dan kesombongan yang bisa membawanya
kejurang kebinasaan.
“Dalam hati mereka ada
penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya”(Qs, Al Baqarah 10)
Apakah (ketidak
datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena)
mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku
zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim. (Qs, An
Nuur 50)
Dosa dan maksiat karena hati yang sakit
menyebabakan seseorang terus terjerumus dalam perbuatan yang menjauhkan dirinya
dari Allah. Hal itu berakibat hilangnya berkah, rasa malu, dan kenikmatan yang
seharusnya diterima seorang hamba, serta berujung pada syirik, cinta dunia,
laknat dan kehancuran.
Penyakit hati adalah kelemahan
jiwa yang disebabkan tumpulnya mata hati oleh ketidak mampuan menangkal
distorsi yang diakibatkan godaan syetan (dari golongan jin atau manusia)
sehingga tidak mampu mendorong perangkat tubuhnya untuk melaksanakan kebenaran
dan kebaikan.
Hati manusia diibaratkan sepotong
kain bersih nan putih, manakala bersentuhan dengan kebatilan dan dosa, maka ia
akan menjadi titik jelaga yang menodai dan menutup permukaan hati. Bila ia
tidak dibersihkan, maka seluruh permukaan yang putih itu akan ternoda oleh
jelaga hitam, dengan demikan hatinya akan mengeras, hitam kelam dan tidak lagi
mampu membedakan antara kebenaran dan kebatilan, bahkan dikhawatirkan hatinya
bisa mati.
Manajemen hati
Manajeman hati ialah untuk
megelola hati kita, dari hati yang berpenyakit menuju hati yang bersih nan
suci. Untuk itulah terlebih dahulu kita harus mengenal penyakit hati dan
selanjutnya bagaimana cara mengobatinya.
Berikut ini penyakit-penyakit hati
yang harus kita waspadai :
A.
Kufur nikmat
Gejala kufur
nikmat ditandai dengan beberapa ciri, diantaranya tidak adanya perasaan
berkecukupan dan mensyukuri nikmat yang telah diraihnya. Hatinya senantiasa
gelisah, timbul gejolak, selalu merasa kurang puas, laksana meminum air laut,
semakin diminum semakin terasa haus. Batinnya dikejar-kejar untuk selalu
menambah, memperbesar segala yang dimilikinya dari segala ornamen dunia. Bila
sudah menjadi syndrome akan melahirkan penyakit tamak dan oportunis
(menghalalkan segala cara) untuk mendapatkan yang ia inginkan.
Kufur nikmat
bila sudah mengerogoti jiwa ditandai oleh batin yang tidak tenang, implusif,
mudah tersinggung, dan gejala anomali lainya yang merupakan perwujudan
ketidaksejahteraan hatinya.
Kita harus
banyak bersyukur dengan apa yang telah diberi oleh Allah. Tapi mensyukuri
nikmat tidak lantas berhenti, diam dan mandek tidak berkembang. Mensyukuri
nikmat diterjemahkan dengan memahami bahwa setiap nikmat yang kita raih berasal
dari kemurahan Allah kepada kita, memperbanyak amal, membantu sesama dan
bersikap amanah dalam mencari dunia.
Dan Allah telah membuat suatu
perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya
datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya
mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka
pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.
(Qs, An Nahl 112)
B.
Nafsu marginal
Nafsu merupakan
kelengkapan batiniah yang bebas nilai, tergantung bagaimana ia digerakan dan
dipengaruhi. Misi manusia adalah mengendalikan dan mengelolah nafsu agar berjalan
di jalur yang benar dan di ridhai-Nya, untuk menghidari diri dari budak hawa
nafsu agar manusia selamat di dunia dan di akhirat yaitu berpegang teguh kapada
kitabullah dan sunnah Rasul.
Hawa nafsu
marginal adalah penyakit yang paling cepat menyerang hati manusia dan bahkan
bisa membuat hati manusia kronis hingga akhirnya pun mati.
Maka pernahkah kamu melihat orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan
ilmu-Nya dan Allah
telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah
(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Qs, Al
Jaatsiyah 45)
C.
Hubud Dunya (cinta
dunia)
Dunia dengan
segala kemegahannya telah banyak memakan korban, menggelicirkan manusia ke arah
kebatilan, kezaliman dan melupakan suara hati nuraninya sendiri. Atribut-atribut
dunia seperti, harta, jabatan, kekuasaan, kesenangan, pujiaan, dan lain
sebagainya telah membuat hati manusia lalai dengan mengabaikan nilai-nilai
agama, menghalalkan apa saja untuk mendapatkanya, mengabaikan hak orang lain.
Padahal dunia
tercipta sebagai tempat ujiaan untuk meraih surga, dunia bukanlah tempat
tinggal abadi, dunia adalah awal dari sebuah perjalanan panjang yang akan
diminta pertanggung jawabanya.
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan
berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka
terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (Qs,
Yaasiin 65)
D.
Arogansi
(kesombongan)
kecuali iblis; dia
menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir. (Qs, Shaad 74)
Kesombongan
merupakan sifat Iblis yang paling hina, kesombongan dan keangkuhnya merupakan
sumber keburukan dan kejahatanya. Kesombongan telah menjadi problem terhadap
jutaan manusia yang hidup dimasa lalu, keburukanya juga merampas kesadaraan
sifat dasar kebanyakan manusia yang hidup hari ini dan menyeret mereka ke jalan
Iblis.
Ø Penyebab-penyebab kesombongan :
·
Kekuasaan dan
kekayaan
Sebuah
penelitian terhadap sejarah menyatakan bahwa harta dan kekuasaan merupakan
karakter yang lazim bagi orang-orang yang sombong dan congkak. Karena dengan
kekuasaan yang mereka genggam dan harta yang melimpah, mereka menolak beriman.
Raja Namrud, Fira’un adalah sebagai salah satu contoh karekter kesombongan
orang-orang karena kekuasaan, sedangkan Qorun karena hartanya.
·
Status, Prestise
dan kemuliaan
“Dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya
kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan
sampai setinggi gunung”. (Qs, Al Israa' 37)
Memegang status prestise muncul dari dalam
dirinya, merupakan salah satu tipuan hidup di dunia ini. Sungguh sia-sia dan
tidak rasional manusia menjadi sombong
dan merasa super karena status dan prestise yang didapatkan dalam
kehidupan ini.
Ø
Pengaruh
kesombongan terhadap hati dan jiwa
·
Hati berpenyakit dan pikiran terganggu
Orang yang normal menikmati hati yang labil,
pikiran yang stabil sangat terbuka dan tulus. Namun orang yang sombong hatinya
menderita, pikiranya gelap dan terganggu. Dengan menipu dan dikendalikan oleh
kesombongan, dunianya adalah dunia gelisah, suram dan menyusahkan, termakan
oleh konsep pemikiran yang berliku-liku. Disebabkan kurangnya sikap positif,
mereka sangat temperamen dan mudah terserang penyakit. Jarang terlihat ekspresi
bahagia, karena kebahagiaanya hanya dari
kata-kata yang dapat memujinya, penghargaan yang membesarkan hatinya terdengar
dari mulut orang lain atau dirinya sendiri.
·
Hatinya
selalu merasa khawatir bila berbuat salah
Semua bisikan hati, tindakan dan pemikiranya
yang dikelilingi oleh rasa sombong bertujuaan untuk mendapatkan penghargaan
dari orang lain dan mengharap dirinya menjadi yang paling hebat. Karena sebab
itulah mereka terlalu khawatir untuk melakukan kesalahan. Buat mereka,
melakukan kesalahan merupakan bentuk kehinaan.
Selalu merasa dirinya paling benar, paling
bersih, tapi Bila ia melakukan kesalahan, maka dirinya akan berusaha untuk
melepaskan diri dari tuduhan bersalah. Allah berfirman : “Apakah kamu tidak
memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih?. Sebenarnya Allah
membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak aniaya
sedikitpun’.(Qs, An Nisa 49)
Orang sombong merendahkan orang lain
manakala mereka mengetahui kesalahannya, mereka membesar-besarkan kesalahan
yang dilakukan orang lain, mengambil semua kesempatan untuk menyoroti hal ini.
Meraka tidak memiliki rasa kasihan terhadap siapa saja yang melakukan kesalahan
dan merendahkan orang lain, untuk itu tak seorangpun merasa nyaman bila
didekatnya, karena ia senantisa menciptakan astmofir negative.
Kesombongan gaya
baru “Narsisme” (memuja diri)
Epidemic Narsisme adalah bagian dari budaya Barat
yang kini mewabah di negeri ini, dari pejabat, artis, pelajar dan sampai orang
biasa pun ikut tergoda untuk menojolkan diri mereka, penampilan fisik mereka,
pengidolaan atas para selebritis, dan aneka kegiatan mencari perhatian.
Narsisme adalah sebentuk kepercyaan diri
yang berlebihan yang akhirnya menjadi kesombongan. Orang yang narsisme bila
berhubungan dengan orang lain, ia akan kahilangan empati atau kepekaan tehadap
orang lain dan lebih parah lagi dirinya terus menerus dipuja.
Fenomena para selebritis, serta media-media
yang mentrsamisikan narsisme, menekan sifat masyarakat terutama dalam hal
matrealisme, keunikan diri, perilaku anti social, maslah hubungan oran lain,
dan lain sebagainya
Narsisme memang dekat dengan fenomena memoles citra terus-menerus dan
menjadikannya semakin lama semakin jauh dari kenyataan yang sesungguhnya. Para
artis, pejabat, politisi dan sampai orang biasa pun tampil secara nasrsis.
Orang sekarang senang dengan yang semu dan
tak jemu untuk terus berbohong. Citra mendahului kenyataan, dan yang paling
penting adalah apa yang menajadi kulit luar ketimbang apa yang menjadi intisari
dalam diri.
Obat hati
- Do’a
Do’a merupakan obat yang paling bermanfaat.
Do’a adalah lawan dari penyakit dan musibah. Do’a akan menolak, mengatasi,
mencegah kedatangan, meghilangkan, atau meringankan penyakit hati jika sudah
menimpanya, Do’a adalah senjata orang mukmin. Dari riwayat Al Hakim, Rasulullah
saw bersbda:
“Do’a
adalah senjata seorang Mukmin, tiang penyangga agama, serta lentera langit dan
bumi.”
- Baca
Qur’an
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Qs, Yunus 10)
Al Qur’an adalah Syifa (obat) untuk hati.
Jika diperbandingan antara music dengan Al Qur’an, maka orang yang senang mendengarkan music dan
bernyanyi pasti hatinya akan beku dan
kasar, karena sentuhan iman sedikit demi sedikit menjauhinya, sedangkan orang yang gemar membaca Al Qur’an dan
mendengarkanya, maka hatinya akan selalu merasa tentram, teduh dan bersih dari
noda dan kotoran.
- Ikhlas
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan
bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan
ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali
hamba-hamba Engkau yang mukhlis (Ikhlas) di antara mereka".(Qs,
Al Hijr 39-40)
Ikhlas merupakan benteng kokoh yang menjaga
hati manusia dari tipu daya dan makar syetan, karena itulah Ikhlas adalah
ibadah hati yang paling rumit dan sulit untuk direalisasikan, syetan dan bala
tentaranya akan berupaya terus dengan segala tipu daya untuk menjauhkan manusia
dari benteng keikhlasan. Kita harus selalu berintropeksi diri dalam beramal
agar keikhlasan kita tetap terjaga.
- Duduk
dengan orang-orang Shalih
Bergaul dengan orang-orang shalih, alim atau
seorang muslim yang baik, karena Allah Ta’ala memuliakan agamanya lewat
diri-diri mereka dan jika seorang tidak suka berkumpul dengan mereka, ia akan
mudah tersesat dan hatinya lebih mudah terjerat untuk berbuat dosa, apalagi ia
bergaul dengan teman yang buruk, prilaku buruknya cepat atau lambat akan
tertular.
Umar Ibn Khattab ra, pernah berkata :
“ketenteraman jiwa dan hati bisa didapatkan dengan menjauhi teman yang buruk”
- Mengingat
kematiaan
Mengingat kematian dapat memelihara seorng
Muslim dari kehinaan. Bila ia tahu dekatnya kamatiaan, lebih dekat dengan tali
sandalnya, pasti ia akan beramal sebaik mungkin. Hatinya akan luluh oleh
kebenaraan, dan tertutup dari godaan maksiat. Rasulullah saw bersabda:
“perbanyaklah
mengingat sang penghacur kenikmataan (maut)” (Hr.
Tirmdzi)
Memgingat kematian, membuat jiwa seorang
menjadi kuat, kecerdasaanya meningkat dan kepekaan hatinya memuncak. Mengingat
mati dapat mempertebal ketakwaan sebagai modal dasar untuk melakukan seala
kebajikan. Orang yang selalu mengingat mati, hatinya akan selalu bergantung
pada tali Illahi, mengejar kenikmatan sejati di akhirat kelak, sehingga belitan
hawa nafsu dapat dirapuhkan dan dilumpuhkan.
Hati bukanlah tuhan. Tapi juga
jangan biarkan hati menjadi sarang-sarang setan. Bergantung pada hati adalah
sebuah bualan Thaoisme murahan. Namun mengabaikan masalah hati adalah awal
sebuah kesesataan
Hati bukanlah gudang kebenaraan. Hati hanya
tempat persinggahan petunjuk yang dipahami melalui ajaran Al Qur’an. Menuhankan
hati adalah kenistaan, namun menutup hati berarti membuka pintu kesombongan (Abu Umar Basyir)
Kesimpulan
Setiap manusia diberi fitrah oleh Allah Ta’ala berupa kesuciaan (hati
dan jiwa yang luus). Ia akan mengawali kehidupannya dengan fitrah suci ini.
Setelah itu bisa terjadi perubahan yang sangat capat dan drastic tanpa diduga
arahnya. Para penyeru keruskan fitrah ini jumlahnya sangat banyak sehingga tak
heran bila seseorang keluar dari kesucian hati dan jiwa yang lurus ini lebih
banyak daripada yang istiqomah.
Keinginan untuk merubah diri (menjadi baik) telah hilang dari kebanyakan
orang, sementara “bola api” yang ditendang oleh para penyeru kerusakan itu
membakar disana sini. Bila terkena percikanya akan menjadi abu yang siap ditiup
angin, sementara hampir tidak ada orang yang tampil membantu dan membela karena
orang yang ingin menolong pun tidak lepas pula dari mangsa bola api tersebut.
Disaat kritis inilah setiap manusia sangat membutuhkan wahyu yang akan
menyirami, menyejukan dan memelihara diri dan hatinya. Al Qur’an dan Sunnah
bagaikan siraman kesejukan atas kegersangan hidup, sebagai tameng dari
kerusakan yang terjadi.
Bila setiap orang sadar dan intropeksi diri, ia akan menemukan ada
penyeru di dalam hatinya, yang akan mengajak kepada ridha Allah ataupun kepada
murka-Nya. Dan sesungguhnya pada setiap diri manusia ada pendorong yang saling
tarik menarik dalam berbuat, itulah hati yang memiliki hak untuk menentukan
segala perilaku kita, baik dan buruknya, resiko yang akan diterimanya, atau
dampak yang akan terjadi di kemudiaan hari.
Sungguh merupakan kesalahan besar,
Dimana engkau sibuk mengatur kehidupan
Di sekitarmu sementara engkau lupa
Akan kekacauan yang ada didalam
hatimu……..
Wallahu ‘alam bishawab
Rerferensi buku :
Suci Hati (Abu Umar Basyir), Benteng
Ghoib (Syaikh Wahid Abdussalam bali), Penawar hati yang sakit (Syaikh Ibnu
Qoyyim Al Jauziyah), Jangan takut (Dr. Aidh Al Qarni)