Jumat, 20 Januari 2012

Manajemen Qolbu


Kedudukan hati

   “Posisi terhadap hati terhadap anggota tubuh, ibarat raja yang berkuasa atas bala tentaranya. Aturan dan perintah berasal darinya, ia bisa mengatur sekehedaknya. Tubuh manusia menghamba padanya dan berada di bawah kekuasaanya.” (Ibnu Qayyim)
   Hati merupakan poros keistiqamahan (komitmen) atau kesesatan terhadap kebenaraan, dan akan mengikat atas semua akibat dari tekad dan keyakinannya.  Nabi saw bersabda:

   “Ingatlah bahwa dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, akan baiklah seluruh tubuh, dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruhnya. Itulah dia Qalbu (hati)” (Hr. Bukhari dan Muslim)

   Hati adalah raja bagi semua anggota tubuh, ia merupakan poros untuk tercapainya segala sarana dalam terwujudnya perbuatan. Hati laksana panglima yang memompa pasukanya untuk berbuat. Karena itulah, hati menjadi tempat bagi segala ujiaan dan cobaan.

   Berbagai ujiaan dan cobaan yang menerpa hati menjadi penyebab rusaknya, bila tidak memiliki ilmu dan aqidah yang benar. Syahwat, syubhat, kesesatan, penyimpangan, maksiat, kezaliman, serta kebodohan menjadikan hati rusak.

Tiga jenis hati

   Hati disifatkan dengan sifat kehidupan dan kematiaan, maka hati dibagi menjadi tiga jenis yakni hati yang sehat, hati yang sakit dan hati yang mati.
a)      Hati yang sehat

   Hati yang terbebas dari segala bentuk jerat nafsu syahwat, terlepas dari segala bentuk syubhat yang sering berlawanan dengan nilai-nilai kebaikan.
 
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (Qs,  Asy Syu'araa' 88-89)

   Hati yang sehat senantiasa tersinari oleh cahaya keimanan dan diterangi oleh lentera hidayah. Untuk itu, hedaknya kita sebagai seorang muslim harus senantiasa tahu kondisi hati dan selalu menyiraminya dengan nasihat disetiap saat. Ketahuilah bahwa ketika keimanan hati bertambah dan keyakinan menguat, bertambah pula cahayanya dalam membedakan antara kebenaran dan kebatilan, dan kesesatan dan hidayah.  
   
b)      Hati yang mati 

   Hati yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tunggangannya, sehingga sikap lalai dan pandir menjadi bagian dari jiwa pemiliknya.

   Hati yang mati tidak lagi memiliki pandangan yang jernih terhadap kebenaraan, bahkan bisa dikatakan sudah tertutup rapat oleh debu-debu kefasikan dan kekafiran. Hati-hati seperti hanyalah dimiliki oleh orang-orang kafir dan munafiq.

Dan mereka berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman. (Qs,  Al Baqarah 88)

  Tertutup ini merupakan penghalang yang ditancapkan Allah Ta’ala dalam hati mereka sebagai siksaaan atas penolaknya terhadap kebenaran serta kesombongan dalam menerima.

Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (Qs, Al Baqarah 7)

c)      Hati yang sakit (ternoda)

   Hati yang telah ternoda oleh penyakit atau kotoran jiwa, hati yang miskin ketakwaan, penuh sesak dengan berbagai bentuk noda dan penyakit berbahaya. Hati seperti itu senantiasa  resah, takut dan penuh kesengsaraan.

   Hati yang sakit yaitu hati yang hidup namun mengidap penyakit, disatu sisi hatinya mengdung  rasa ikhlas dan tawakal, namun disisi lain ia juga memiliki rasa kecintaan kepada syahwat, rasa dengki, dan kesombongan yang bisa membawanya kejurang kebinasaan.
 
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya”(Qs, Al Baqarah 10)

Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim. (Qs, An Nuur  50)

   Dosa dan maksiat karena hati yang sakit menyebabakan seseorang terus terjerumus dalam perbuatan yang menjauhkan dirinya dari Allah. Hal itu berakibat hilangnya berkah, rasa malu, dan kenikmatan yang seharusnya diterima seorang hamba, serta berujung pada syirik, cinta dunia, laknat dan kehancuran.
   
   Penyakit hati adalah kelemahan jiwa yang disebabkan tumpulnya mata hati oleh ketidak mampuan menangkal distorsi yang diakibatkan godaan syetan (dari golongan jin atau manusia) sehingga tidak mampu mendorong perangkat tubuhnya untuk melaksanakan kebenaran dan kebaikan.

   Hati manusia diibaratkan sepotong kain bersih nan putih, manakala bersentuhan dengan kebatilan dan dosa, maka ia akan menjadi titik jelaga yang menodai dan menutup permukaan hati. Bila ia tidak dibersihkan, maka seluruh permukaan yang putih itu akan ternoda oleh jelaga hitam, dengan demikan hatinya akan mengeras, hitam kelam dan tidak lagi mampu membedakan antara kebenaran dan kebatilan, bahkan dikhawatirkan hatinya bisa mati.

Manajemen hati
  
   Manajeman hati ialah untuk megelola hati kita, dari hati yang berpenyakit menuju hati yang bersih nan suci. Untuk itulah terlebih dahulu kita harus mengenal penyakit hati dan selanjutnya bagaimana cara mengobatinya.
  
  Berikut ini penyakit-penyakit hati yang harus kita waspadai :

A.    Kufur nikmat
   Gejala kufur nikmat ditandai dengan beberapa ciri, diantaranya tidak adanya perasaan berkecukupan dan mensyukuri nikmat yang telah diraihnya. Hatinya senantiasa gelisah, timbul gejolak, selalu merasa kurang puas, laksana meminum air laut, semakin diminum semakin terasa haus. Batinnya dikejar-kejar untuk selalu menambah, memperbesar segala yang dimilikinya dari segala ornamen dunia. Bila sudah menjadi syndrome akan melahirkan penyakit tamak dan oportunis (menghalalkan segala cara) untuk mendapatkan yang ia inginkan.

   Kufur nikmat bila sudah mengerogoti jiwa ditandai oleh batin yang tidak tenang, implusif, mudah tersinggung, dan gejala anomali lainya yang merupakan perwujudan ketidaksejahteraan hatinya.

   Kita harus banyak bersyukur dengan apa yang telah diberi oleh Allah. Tapi mensyukuri nikmat tidak lantas berhenti, diam dan mandek tidak berkembang. Mensyukuri nikmat diterjemahkan dengan memahami bahwa setiap nikmat yang kita raih berasal dari kemurahan Allah kepada kita, memperbanyak amal, membantu sesama dan bersikap amanah dalam mencari dunia.

    Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (Qs, An Nahl  112)
 
B.     Nafsu marginal

   Nafsu merupakan kelengkapan batiniah yang bebas nilai, tergantung bagaimana ia digerakan dan dipengaruhi. Misi manusia adalah mengendalikan dan mengelolah nafsu agar berjalan di jalur yang benar dan di ridhai-Nya, untuk menghidari diri dari budak hawa nafsu agar manusia selamat di dunia dan di akhirat yaitu berpegang teguh kapada kitabullah dan sunnah Rasul.

   Hawa nafsu marginal adalah penyakit yang paling cepat menyerang hati manusia dan bahkan bisa membuat hati manusia kronis hingga akhirnya pun mati.
       
   Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya  dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Qs, Al Jaatsiyah 45)

C.     Hubud Dunya (cinta dunia)

   Dunia dengan segala kemegahannya telah banyak memakan korban, menggelicirkan manusia ke arah kebatilan, kezaliman dan melupakan suara hati nuraninya sendiri. Atribut-atribut dunia seperti, harta, jabatan, kekuasaan, kesenangan, pujiaan, dan lain sebagainya telah membuat hati manusia lalai dengan mengabaikan nilai-nilai agama, menghalalkan apa saja untuk mendapatkanya, mengabaikan hak orang lain.

   Padahal dunia tercipta sebagai tempat ujiaan untuk meraih surga, dunia bukanlah tempat tinggal abadi, dunia adalah awal dari sebuah perjalanan panjang yang akan diminta pertanggung jawabanya.

   Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.   (Qs, Yaasiin  65)

D.    Arogansi (kesombongan)

    kecuali iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir. (Qs, Shaad 74)

   Kesombongan merupakan sifat Iblis yang paling hina, kesombongan dan keangkuhnya merupakan sumber keburukan dan kejahatanya. Kesombongan telah menjadi problem terhadap jutaan manusia yang hidup dimasa lalu, keburukanya juga merampas kesadaraan sifat dasar kebanyakan manusia yang hidup hari ini dan menyeret mereka ke jalan Iblis.  

Ø  Penyebab-penyebab kesombongan :

·         Kekuasaan dan kekayaan
   Sebuah penelitian terhadap sejarah menyatakan bahwa harta dan kekuasaan merupakan karakter yang lazim bagi orang-orang yang sombong dan congkak. Karena dengan kekuasaan yang mereka genggam dan harta yang melimpah, mereka menolak beriman. Raja Namrud, Fira’un adalah sebagai salah satu contoh karekter kesombongan orang-orang karena kekuasaan, sedangkan Qorun karena hartanya.

·         Status, Prestise dan kemuliaan
  
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung”. (Qs, Al Israa' 37)
 
   Memegang status prestise muncul dari dalam dirinya, merupakan salah satu tipuan hidup di dunia ini. Sungguh sia-sia dan tidak rasional manusia menjadi sombong  dan merasa super karena status dan prestise yang didapatkan dalam kehidupan ini.

Ø  Pengaruh kesombongan terhadap hati dan jiwa

·         Hati  berpenyakit dan pikiran terganggu

   Orang yang normal menikmati hati yang labil, pikiran yang stabil sangat terbuka dan tulus. Namun orang yang sombong hatinya menderita, pikiranya gelap dan terganggu. Dengan menipu dan dikendalikan oleh kesombongan, dunianya adalah dunia gelisah, suram dan menyusahkan, termakan oleh konsep pemikiran yang berliku-liku. Disebabkan kurangnya sikap positif, mereka sangat temperamen dan mudah terserang penyakit. Jarang terlihat ekspresi bahagia, karena kebahagiaanya hanya  dari kata-kata yang dapat memujinya, penghargaan yang membesarkan hatinya terdengar dari mulut orang lain atau dirinya sendiri.

·         Hatinya selalu merasa khawatir bila berbuat salah

   Semua bisikan hati, tindakan dan pemikiranya yang dikelilingi oleh rasa sombong bertujuaan untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain dan mengharap dirinya menjadi yang paling hebat. Karena sebab itulah mereka terlalu khawatir untuk melakukan kesalahan. Buat mereka, melakukan kesalahan merupakan bentuk kehinaan.

   Selalu merasa dirinya paling benar, paling bersih, tapi Bila ia melakukan kesalahan, maka dirinya akan berusaha untuk melepaskan diri dari tuduhan bersalah. Allah berfirman : “Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih?. Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak aniaya sedikitpun’.(Qs, An Nisa 49)

   Orang sombong merendahkan orang lain manakala mereka mengetahui kesalahannya, mereka membesar-besarkan kesalahan yang dilakukan orang lain, mengambil semua kesempatan untuk menyoroti hal ini. Meraka tidak memiliki rasa kasihan terhadap siapa saja yang melakukan kesalahan dan merendahkan orang lain, untuk itu tak seorangpun merasa nyaman bila didekatnya, karena ia senantisa menciptakan astmofir negative. 

Kesombongan gaya baru “Narsisme” (memuja diri)

  Epidemic Narsisme adalah bagian dari budaya Barat yang kini mewabah di negeri ini, dari pejabat, artis, pelajar dan sampai orang biasa pun ikut tergoda untuk menojolkan diri mereka, penampilan fisik mereka, pengidolaan atas para selebritis, dan aneka kegiatan mencari perhatian.

   Narsisme adalah sebentuk kepercyaan diri yang berlebihan yang akhirnya menjadi kesombongan. Orang yang narsisme bila berhubungan dengan orang lain, ia akan kahilangan empati atau kepekaan tehadap orang lain dan lebih parah lagi dirinya terus menerus dipuja.

   Fenomena para selebritis, serta media-media yang mentrsamisikan narsisme, menekan sifat masyarakat terutama dalam hal matrealisme, keunikan diri, perilaku anti social, maslah hubungan oran lain, dan lain sebagainya  

   Narsisme memang dekat dengan fenomena memoles citra terus-menerus dan menjadikannya semakin lama semakin jauh dari kenyataan yang sesungguhnya. Para artis, pejabat, politisi dan sampai orang biasa pun tampil secara nasrsis.

   Orang sekarang senang dengan yang semu dan tak jemu untuk terus berbohong. Citra mendahului kenyataan, dan yang paling penting adalah apa yang menajadi kulit luar ketimbang apa yang menjadi intisari dalam diri.


Obat hati
  1. Do’a
   Do’a merupakan obat yang paling bermanfaat. Do’a adalah lawan dari penyakit dan musibah. Do’a akan menolak, mengatasi, mencegah kedatangan, meghilangkan, atau meringankan penyakit hati jika sudah menimpanya, Do’a adalah senjata orang mukmin. Dari riwayat Al Hakim, Rasulullah saw bersbda:
“Do’a adalah senjata seorang Mukmin, tiang penyangga agama, serta lentera langit dan bumi.”               
  1. Baca Qur’an
   Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Qs, Yunus 10)
  Al Qur’an adalah Syifa (obat) untuk hati. Jika diperbandingan antara music dengan Al Qur’an, maka  orang yang senang mendengarkan music dan bernyanyi  pasti hatinya akan beku dan kasar, karena sentuhan iman sedikit demi sedikit menjauhinya, sedangkan  orang yang gemar membaca Al Qur’an dan mendengarkanya, maka hatinya akan selalu merasa tentram, teduh dan bersih dari noda dan kotoran. 

  1. Ikhlas
   Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis (Ikhlas) di antara mereka".(Qs, Al Hijr 39-40)
   Ikhlas merupakan benteng kokoh yang menjaga hati manusia dari tipu daya dan makar syetan, karena itulah Ikhlas adalah ibadah hati yang paling rumit dan sulit untuk direalisasikan, syetan dan bala tentaranya akan berupaya terus dengan segala tipu daya untuk menjauhkan manusia dari benteng keikhlasan. Kita harus selalu berintropeksi diri dalam beramal agar keikhlasan kita tetap terjaga. 

  1. Duduk dengan orang-orang Shalih
   Bergaul dengan orang-orang shalih, alim atau seorang muslim yang baik, karena Allah Ta’ala memuliakan agamanya lewat diri-diri mereka dan jika seorang tidak suka berkumpul dengan mereka, ia akan mudah tersesat dan hatinya lebih mudah terjerat untuk berbuat dosa, apalagi ia bergaul dengan teman yang buruk, prilaku buruknya cepat atau lambat akan tertular.

   Umar Ibn Khattab ra, pernah berkata : “ketenteraman jiwa dan hati bisa didapatkan dengan menjauhi teman yang buruk”   

  1. Mengingat kematiaan
   Mengingat kematian dapat memelihara seorng Muslim dari kehinaan. Bila ia tahu dekatnya kamatiaan, lebih dekat dengan tali sandalnya, pasti ia akan beramal sebaik mungkin. Hatinya akan luluh oleh kebenaraan, dan tertutup dari godaan maksiat. Rasulullah saw bersabda:

“perbanyaklah mengingat sang penghacur kenikmataan (maut)” (Hr. Tirmdzi)  

   Memgingat kematian, membuat jiwa seorang menjadi kuat, kecerdasaanya meningkat dan kepekaan hatinya memuncak. Mengingat mati dapat mempertebal ketakwaan sebagai modal dasar untuk melakukan seala kebajikan. Orang yang selalu mengingat mati, hatinya akan selalu bergantung pada tali Illahi, mengejar kenikmatan sejati di akhirat kelak, sehingga belitan hawa nafsu dapat dirapuhkan dan dilumpuhkan.    

Hati bukanlah tuhan. Tapi juga jangan biarkan hati menjadi sarang-sarang setan. Bergantung pada hati adalah sebuah bualan Thaoisme murahan. Namun mengabaikan masalah hati adalah awal sebuah  kesesataan
   Hati bukanlah gudang kebenaraan. Hati hanya tempat persinggahan petunjuk yang dipahami melalui ajaran Al Qur’an. Menuhankan hati adalah kenistaan, namun menutup hati berarti membuka pintu kesombongan  (Abu Umar Basyir)

Kesimpulan
  
   Setiap manusia diberi fitrah oleh Allah Ta’ala berupa kesuciaan (hati dan jiwa yang luus). Ia akan mengawali kehidupannya dengan fitrah suci ini. Setelah itu bisa terjadi perubahan yang sangat capat dan drastic tanpa diduga arahnya. Para penyeru keruskan fitrah ini jumlahnya sangat banyak sehingga tak heran bila seseorang keluar dari kesucian hati dan jiwa yang lurus ini lebih banyak daripada yang istiqomah.

   Keinginan untuk merubah diri (menjadi baik) telah hilang dari kebanyakan orang, sementara “bola api” yang ditendang oleh para penyeru kerusakan itu membakar disana sini. Bila terkena percikanya akan menjadi abu yang siap ditiup angin, sementara hampir tidak ada orang yang tampil membantu dan membela karena orang yang ingin menolong pun tidak lepas pula dari mangsa bola api tersebut.

   Disaat kritis inilah setiap manusia sangat membutuhkan wahyu yang akan menyirami, menyejukan dan memelihara diri dan hatinya. Al Qur’an dan Sunnah bagaikan siraman kesejukan atas kegersangan hidup, sebagai tameng dari kerusakan yang terjadi.

   Bila setiap orang sadar dan intropeksi diri, ia akan menemukan ada penyeru di dalam hatinya, yang akan mengajak kepada ridha Allah ataupun kepada murka-Nya. Dan sesungguhnya pada setiap diri manusia ada pendorong yang saling tarik menarik dalam berbuat, itulah hati yang memiliki hak untuk menentukan segala perilaku kita, baik dan buruknya, resiko yang akan diterimanya, atau dampak yang akan terjadi di kemudiaan hari.
 
Sungguh merupakan kesalahan besar,
Dimana engkau sibuk mengatur kehidupan
Di sekitarmu sementara engkau lupa
Akan kekacauan yang ada didalam hatimu……..

Wallahu ‘alam bishawab                                                                                                                       
Rerferensi buku :
 Suci Hati (Abu Umar Basyir), Benteng Ghoib (Syaikh Wahid Abdussalam bali), Penawar hati yang sakit (Syaikh Ibnu Qoyyim Al Jauziyah), Jangan takut (Dr. Aidh Al Qarni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar