Jumat, 20 Januari 2012

Bahaya Fitnah


Bismillah….

Dalam sejarah Islam terkenal sebuah kisah besar tentang fitnah yang menimpa ‘Aisyah Radhiyallahu anha istri Rasulullah SAW, yang telah diftnah berbuat selingkuh dengan salah seorang shahabat bernama Shafwan bin Mu’aththal. Orang-orang munafiq menghembuskan fitnah itu dalam rangka mendiskreditkan keluarga Rasulullah SAW.
Dengan menyebarkan fitnah itu mereka berharap bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alahi wasallam beserta keluarganya akan kehilangan kepercayaan dari kaum muslimin. Kepercayaan adalah pintu kesetiaan, kesetiaan adalah pintu untuk mendapatkan dukungan dan dukungan adalah pintu untuk meraih keberhasilan. Maka untuk menggagalkan dukungan dari kaum muslimin, orang-orang munafiq menebarkan fitnah untuk menghilangkan kepercayaan kaum muslimin kepada Rasulullah dan keluarganya.

Begitu besarnya bahaya fitnah tersebut terhadap kelangsungan dakwah Rasulullah SAW, maka Allah merasa perlu membersihkan nama ‘Aisyah dengan menurunkan beberapa ayat-Nya, QS. An-Nuur : 12
 “Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: “Ini adalah suatu berita bohong yang nyata”. Juga firman Allah yang artinya, “(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. Dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar”. [QS. An-Nuur : 15-16]

Allah juga menandaskan bahwa fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan [QS Al Baqarah : 191].

Diantara sesama orang beriman harus tumbuh sikap saling mempercayai. Dia tidak suka mendengar berita kejelekan atau kejahatan orang beriman yang lain, sebagaimana dia tidak suka kalau dirinya diberitakan seperti itu juga. Dia akan senantiasa khusnudhon terhadap sesama saudara seiman.

Maka dalam Islam dikenal istilah tabayyun, mencari penjelasan tentang kebenaran suatu berita. Perlu dilakukan check and recheck terhadap kebenaran suatu berita, kalau perlu cross check agar terungkap kebenaran yang sesungguhnya. Sehingga informasi yang masuk tidak salah, dan keputusan yang diambil tidak mendatangkan mushibah, sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya QS. Al-Hujuraat : 6,
 “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu mushibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. Semoga Allah selamatkan kita dari fitnah dan berbuat fitnah.
Rasulullah Shalallahu alahi wasallam bersabda :

Fitnah-fitnah didatangkan kepada semua hati...Hati manapun yangmengecapnya, tertorehlah padanya satu noda hitam.” (Shahih Muslim, kitab Iman, bab ke65, hadits no. 231, dan lafazhnya diriwayatkan oleh Imam Ahmad 5/386.)

Orang yang berjalan padanya (fitnah) lebih baik daripada yang berlari, barangsiapa yang mengintainya, niscaya ia menguasainya.” (Shahih al-Bukhari, kitab fitnah-fitnah, bab ke-9, hadits no.7081)

Dan sering sekali fitnah menjadi besar saat seseorang mengambil sikap atas dasar kesalahpahaman. Dan yang lebih berbahaya lagi dalam menyulut api fitnah adalah mendahulukan pendapat pribadi di atas hukum syara’. Diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari, bahwasanya Sahl bin Hanif  Radhiyallahu anhu berkata saat terjadinya fitnah di antara para sahabat radhiyallahu ‘anhum: ‘Wahai sekalian manusia, curigalah terhadap pendapat pribadimu di atas agamamu...” (Shahih al-Bukhari, kitab al-I’tisham, bab ke-7, hadits no.7308, mauquf kepada Sahl bin Hanif )

Hikmah dibalik fitnah
Dalam Ensiklopedi Al-Qur’an, fitnah berasal dari kata fatana yang berarti membakar logam, emas atau perak untuk menguji kemurniannya (memisahkan dari emas dan kotorannya). Bila dalam pertemanan penyebaran fitnah menjadi batu ujian, akan terlhat jelas mana kawan dan mana lawan, mana sahabat dan mana tukang hujat.

Di antara hal yang dapat menyelamatkan dari fitnah adalah bahwa engkau tidak menuntut hakmu dalam urusan dunia, sekalipun sabar dalam hal itu terasa berat sekali. sebagaimana yang diriwayatkan dalam Sunan Abu Daud:

'Sesungguhnya keberuntungan bagi orang yang menjauhi fitnah –(beliau mengucapkannya) tiga kali-, dan bagi orang yang mendapat cobaan, maka ia bersikap sabar, alangkah indahnya sabar terhadap bala.' (Shahih Sunan Abu Daud, Syaikh al-Albani, hadits no. 3585)

Di dalam Musnad Ahmad:
"Dan apabila engkau menghendaki fitnah terhadap hamba-hamba-Mu, hendaklah engkau mengambilku kepada-Mu, tanpa terlibat fitnah." (Shahih al-Bukhari, kitab al-Fitan, bab ke-15, hadits no. 7089)

Dalam doa Umar Ibnu Khattab : 'Kami berlindung kepada Allah _ dari kejahatan segala fitnah.'
(Shahih al-Bukhari, Kitab al-Fitan, bab ke-15, hadits no. 7090),  Dan Anas  berkata: 'Berlindung kepada Allah _ dari segala fitnah.' (Shahih al-Bukhari, Kitab al-Fitan, bab ke-15, hadits no. 7090)

Dan yang menyelamatkan engkau di sisi Allah  bahwa engkau mengingkarinya dan tidak ridha dengannya, serta jangan membantu atasnya. wallahu 'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar